Depan | News | Sport | Musik | Tips |

Rabu, 05 September 2007

Putin: Relasi Rusia-RI Meraih Momentum Baru

Bertemu Presiden Yudhoyono di Istana Negara Kamis Ini


Vilyuchinsk, Rabu - Tidak bisa dilupakan bahwa Moskwa-Jakarta pernah memiliki hubungan yang akrab. Sempat agak vakum, namun kini hubungan Rusia-RI meraih momentum baru. RI adalah negara spesial bagi Rusia.

Demikian Presiden Rusia Vladimir Putin kepada pers Rusia, Rabu (5/9), saat berada di Vilyuchinsk, kota basis kekuatan kapal selam Rusia. Kota itu terletak di Semenanjung Kamchatka, di utara Jepang. Dari sana Putin langsung terbang ke Jakarta.

Menurut juru bicara kepresidenan Dino Patti Djalal, Presiden Putin mendarat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma, Kamis dini hari pukul 00.30 WIB. Putin datang untuk membalas kunjungan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ke Rusia, Desember 2006. Jumpa pers kedua kepala pemerintahan direncanakan digelar di halaman Istana Negara, Kamis siang ini.

Sebagaimana diberitakan kantor berita Rusia, Ria Novosti, Putin bertutur soal masa keemasan hubungan RI-Rusia (saat masih berada di bawah Uni Soviet) di masa lalu. "Negara kita adalah yang pertama mengakui kemerdekaan RI. Kita dengan bangga mengirimkan ahli Soviet membangun pabrik baja Krakatau Steel, jalan di Kalimantan, riset nuklir di Yogyakarta, Rumah Sakit Persahabatan dan Gelora Bung Karno di Jakarta," kata Putin.

Untuk memupuk rasa persahabatan itu, Rusia juga membantu RI saat diserang tsunami pada 2004. "Saya senang karena sahabat Indonesia kita, baik muda maupun tua -- masih mengingat semua itu," kata Putin. "Saya tak bisa lupa untuk mengatakan relasi antara Rusia-RI kini telah meraih sebuah momentum baru dan menjadi isu penting di dalam agenda internasional kedua negara," lanjut Putin.

Presiden Putin mengkonfirmasikan bahwa Rusia-RI menghargai kedaulatan dan integritas wilayah negara- negara. Sebelum tiba di Jakarta, Presiden Putin sudah mengeluarkan pernyataan bahwa kunjungannya ke Indonesia akan difokuskan pada kerja sama bilateral yang akan bermanfaat, di tengah realitas era global kontemporer.

“Kini hubungan internasional sedang mengalami masa sulit serta mengalami transformasi yang kritis. Maka ketika kita harus memutuskan bentuk masa depan tatanan dunia, Indonesia dan Rusia bersikap konsisten untuk memperkuat prinsip kolektif dan aturan main hukum internasional," katanya.

RI-Rusia memiliki sudut pandang yang sama tentang peran dan legitimasi PBB yang unik. "Kita juga memiliki prinsip yang sama tentang sikap untuk tidak mencampuri urusan domestik sebuah negara," kata Putin.

Tentang hubungan bilateral RI-Rusia, Putin mengatakan, "Kami siap meningkatkan kerja sama dengan semua pihak yang berkepentingan. Itu dilakukan dalam sudut pandang yang didasarkan pembentukan tatanan dunia yang setara, yang menjamin kestabilan dan keamanan global dan regional."

Putin menekankan Jakarta sedang memimpin upaya pencarian kebijakan internasional yang independen dan dinamis, dan memainkan peran konstruktif dalam masalah dunia dan regional. "Terpilihnya RI sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2007-2008 menegaskan dukungan internasional pada prestise RI soal itu," kata Putin.

Kepentingan khsusus

Berdialog dengan Indonesia sebagai salah satu negara terdepan di dunia Muslim, kata Putin, jelas menjadi kepentingan utama bagi Rusia. Putin berharap RI-Rusia akan bisa mendorong sebuah kemitraan yang mantap dengan visi jangka panjang, didasarkan pada persahabatan dan rasa saling percaya.

Kantor berita Rusia yang lain, Interfax juga mengutip pernyataan Putin yang mengatakan agar Indonesia bergabung dengan Rusia dalam upaya pencarian perdamaian di antara berbagai anutan agama. Rusia, demikian Putin, bersikap terbuka untuk bergabung dalam mencari cara penciptaan pengertian di antara berbagai agama, yang kini menjadi isu penting. "Di Organisasi Konferensi Islam, Rusia telah menjadi anggota pemantau berkat dukungan Indonesia," kata Putin.

Di Jakarta, Menteri Pertahanan Juwono Sudarsono mengatakan kunjungan Presiden Putin merupakan tanda keinginan Rusia menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia. Dengan Rusia, Indonesia ingin menjalin hubungan agar ada keseimbangan hubungan Indonesia dengan sejumlah negara besar di dunia.

"Kita memelihara keseimbangan hubungan antara negara-negara besar termasuk pengadaan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Kita ingin ada keseimbangan baik dengan Amerika Serikat, Australia, China, Jepang, dan India. Semua kita tata kembali dalam rangka kemitraan strategis dengan masing-masing negara," ujar Menhan.

Waspadai pialang

Untuk kerja sama pertahanan dan penggunaan anggaran yang salah satunya didapat dari pinjaman lunak Rusia sebesar satu miliar dollar AS, Juwono mengemukakan, akan dipastikan bahwa kebijakan satu atap satu pintu harus dihormati. "Di kedua belah pihak (RI-Rusia) banyak rekanan dan pialang yang tidak jelas rekam jejaknya. Ini harus diwaspadai karena selalu ada pialang atau rekanan yang suka nyelonong," ujarnya.

Pengadaan alutsista di Indonesia menurut Juwono akan dilakukan berjenjang. Pengamatan dilakukan angkatan, pengajuan dilakukan Mabes TNI, dan keputusan diambil Dephan. "Kita mencoba mengurangi kalau tidak bisa menghapuskan pialang dan rekanan," ujarnya.

Selain soal persenjataan, Chelyabinsk Tractor Plant-Uraltrac, industri peralatan berat asal Rusia, akan merambah ke pasar Indonesia. Untuk tahap awal, perusahaan bekerja sama dengan PT Minang Jordanindo (Indonesia) untuk mengembangkan perdagangan, dan pembangunan pabrik alat berat.

Presiden Direktur PT Minang Jordanindo, Bonny Z Minang, mengatakan nilai investasi awal dalam kerja sama itu mencapai 100 juta dollar AS, untuk pembangunan pabrik alat berat dan lainnya. (MON/INU/LKT)

sumber: www.kompas.com

Tidak ada komentar: